Posts

Showing posts from March, 2010

SAJAKSAJAK ORANGTUA

I Orang tua menyeberang jalan Aspal membelah kompleks perumahan bersedan Menuntun sepeda lama hitam buram Tujuhpuluhan batuk lemah dan kering Baju murah Celana banyak tisiknya Sandal jepit swalo ijo Dari mana mau ke mana Sudah sarapankah ia Klakson berat, sukses, kaya, sombong dan kota … tak menjawabnya

INTERLUDE REPETISI 2

Jam 4 pagi akhir pebruari bertanda mati. Gelegar petir ternyata bukan mimpi. Terbangun dengan hujan mengelilingi. Mencari-cari ... Mencari-cari ... Sebab dingin memakai baju jeans kebesaran - sebab lungsuran. Aku merasa aneh dan gamang. Merasa dibungkus hangatnya kesepian yang agak menyakitkan. Bersama kopi sore tadi yang tandas - cap cangkir. Tak yakin ... Apa ada orang lain ? Tak yakin ... Apa sebab perasaan akan orang lain ? Tak yakin ... Apa dipikirkan orang lain ? Tak yakin ... Menyulut kompor, memasak air. Titik-titik susu kaleng terakhir - beberapa semut. Cumi-cumi di wajan warnanya kusam. Jiwaku lapar, napsuku muram. Mejik Jer mengelilingi. Di dalamnya orang-orang miskin - kepanasan. Aku merasa aneh dan gamang. Dalam gelap hanya api pembakaran tak sempurna. Desis air berbisik lewat mulut ceret tua. Saat mendidih terdengar menyayat. Tak yakin ... Ini hujan atau tekanan ? Tak yakin ... Buat apa terbangun kepagian ? Tak yakin ... Ada apa dengan kesendirian ? Tak yakin ... Ja

SI DIDI KECIL - SI DIDI BESAR

Image
Aku dan Kakakku, di sebelah pintu ruang makan / ruang keluarga / ruang tivi ke dapur, Kalitaman Jalan Damarjati 116 Salatiga, sekitar 1975  Masa kecilku kanak-kanak asyik sendiri Tenaga riang tak lekang topan jaman Sepanjang waktu main gundhu Dunia bagai dagelan Petruk-Gareng Kanak-kanakku tak pernah berdosa Sebab Tuhan adalah tangis dan tawa Turut dalam pencurian kuweni Keplok dalam perkelahian SD Bela rasa jeweran orang tua Temani mangkir sekolah Masa kecilku dan Tuhanku Berjanji saling setia Janji itu kami gantung di awang-awang Dengan layang-layang ; diadu tak pernah kalah Masa kecilku ... Itu dulu Sekarang segini besar Tambah besar lagi oleh besar kepalaku Tambah besar lagi oleh tuhan baruku Tuhan yang maha curang Saat kumengadu layang-layang keinginan Didot Klasta Harimurti Salatiga, akhir 90an? keterangan kuweni : jenis mangga populer di daerahku

CATHETAN KALICACING

Kalau orang miskin leyeh-leyeh Kopi tubruk dengung nyamuk Purnama elok untuk siapa Purnama bopeng mencium reyot gubuknya ; tak merangsang Kalau orang miskin leyeh-leyeh rejeki luput Mengarang cerita ayam panggang Jelek endingnya ditelan sendiri Perut buta hurup Kelaparan tak bisa dibaca Perempuan itu merokok seperti lakinya Lakinya menjentik puntung seperti kunang-kunang Kunang-kunang seperti harapan Sorot penyetrum ikan membuyarkannya Sorot Program Kali Bersih membuyarkan : Penyetrum ikan, Perempuan dan Lakinya ... Dan kerinduan lubuk, akar pohon 100 tahun, mata air 1000 tahun, tanah dulu tak ada yang punya ... Dan Indonesia purba sejahtera, di pinggiran Bengawan Solo ... Padahal komunis

BELAJAR NYEKET MASYARAKAT BERAWAL DARI GARIS CINTA

Jika sehabis muntah sebab pemimpin busuk Ku jadi ereksi dan ingin jalan bebas Dengan tumit melonjak-lonjak Seperti manusia harian Just for fun Aspal mati Karnaval bisnis berlalu Kapital dan senjata verboden Kota tanpa developer Ruang publik tiada tragedi, selain total cinta yang no vested interest Dengan lontar ujung kerdip mataku Padanya pas kutuju Berdiri dalam 'slow motion' Menyibak rambut bikin cerai-berai KAU ! (sebuah nama rahasia) Pirangmu ... Indah taburan bougenville Bumiputra masa kini mbayangin musim gugur subtropis penjajah Lalu ingat lukisan gaya Sokaraja Tanah tuan tanah Ternak Cukong Jakarta kaya Pendopo raja kecil Kota tak bernama Kemajuan nan kejam Dan becak bergambar panorama a la lukisan Sokaraja Lalu diterbangkan angin Tinggal aku, sore serta sejenak netral Semuanya ... Kawinlah saja ! Sebelum kota ini, disaput kelabu buram Warna pelukis fatalis Ingin mati gagal menggambar ; pembangunan