Posts

Showing posts from 2012

JAMAN SEKARANG (artikel)

(hanya) Racauan sepanjang perjalanan panjang yang belum tentu tak berguna. Diambil dari salah satu edisi buletin Kabar Kalangan yang diterbitkan oleh Kalangan Kultura Media (dulu Lembaga Media Aksi Kalangan) Salatiga. Kawan, kau tentu tahu, ini tentang perjalanan sejarah agung menuju cakrawala cita-cita peradaban. Betapa kita telah begitu jauh dan tua namun tak kunjung lelah, tak kunjung ‘menjadi’, terus mencari bentuk hakiki. Saat-saat tertentu kita ingin sejenak minggir di bawah kerindangan bijak pohon asam uzur disemilirkan angin pelan sementara gerombolan burung terancam punah mengarah Barat bersama kesetiaan matahari … Tarik napas, ambil jarak dengan hiruk-pikuk kenyataan, mengamatinya secara jernih-mendalam untuk menemukan pengertian-pengertian, tetapi selalu tak mudah. Seperti mencoba memahami suatu konstelasi kesemrawutan namun berada (terjebak?!) dalam kesemrawutan itu. Potongan, serpihan, remah fakta-fakta dan fiksi-fiksi hilir-mudik keluar-masuk kepala. Terkadang beri

TENTANG KOTA BESAR (dari Bob Dylan)

Image
Menghambur ke daerah Barat yang liar Tinggalkan kota tercinta tak berhingar-bingar Kukira telah lihat segala sukses - sengsara Sampai akhirnya tiba di ini kota Banyak orang terpuruk mengaisi tanah Banyak gedung menjangkau langit megah Di New York saat musim dingin Angin bertiupkan salju sekeliling Berjalan tanpa tujuan Orang bisa beku hingga tulang Dan aku menggigil hingga tulang Koran kota menulis berita Ini terdingin sejak tujuh belas tahun sebelumnya Dan aku tak pernah lebih dingin sesudahnya Kuraih gitarku tua Meloncat ke kereta bawah tanah kota Menggelinding, terayun, terseok sepanjang jalan Tibalah di pusatnya keramaian : Greenwich Village, selamat datang

PENGAMEN PAGI (puisi)

Seorang pengamen pagi Ikat kepala macam generasi bunga Kacamata Elton John penuh aksi Kuning plastik sungguh gaya Dia datang petik intro lagu lama Pada sebuah gitar tua Pada sekian recehku sebagai kaum lebih punya Trima kasih Oom Tak bepergian Oom ? Rambutnya bagus Oom Permisi Oom Aku tersenyum antara suka dan terpaksa Seorang pengamen pagi pergi Menyisakan melodi Di mana tinggalnya ? Apa ceritanya ? Kuingin panggil dia kembali Sekedar tanya nama yang dia pasti punya Kan kucatat dalam buku Berjudul : daftar saudara Tapi pagar rumah membuat lupa Seorang pengamen pagi pergi Mengikuti dan diikuti angin entah penghujung kemarau ini Dan kutuliskan puisi Padamu lelaki entah, sampai nanti Jumat Kliwon 9 Oktober 2009

TUKANG PARKIR TUA (puisi)

Tukang parkir tua atas Pujasera Propesional, ramah dan bersahaja Tukang parkir tua prapatan toko Natalia mBecak 20an taon lamanya Asam urat menggrogoti kaki perkasa Kini bertahan sebisanya Tukang parkir tua rental film Q-men namanya Ngglesot di aspal merokok lintingan tak bernama Bagaimana dia punya cerita ? Tukang parkir tua Indonesia pusaka Kawan, teruskan ceritanya … Didot Klasta Salatiga 2010

PETANI DI TENGAH-TENGAH KOTA (puisi)

petani muda dengan anaknya belia di tengah-tengah kota sehabis panen tegal kering tak seberapa bakso pangsit di ceruk jalan jendral sudirman sekali-kali hiburan rumahnya ? jauh sana desa pinggiran mana ? tak kelihatan apa namanya ? tak kedengaran petani muda dengan anaknya belia di tengah-tengah kota ngungun mirip ketela sunyi jelata salatiga 2010

ORONG ORONG (cerpen)

Image
Fiksi Ilmiah, Didot Klasta Akhirnya … Surowelang, gegedhug bajingan yang sohor oleh cambang-brewoknya, kekejamannya, ilmu jaya-kasantikannya yang tinggi, sekaligus otak-kerbaunya, yang menjadi tangan kanan kesewenang-wenangan dari Ndoro Adipati Kanjeng Gusti Among Murko, sang penguasa tiran lalim tukang menindas dan suka memperkosa perempuan-perempuan muda itu pun menemui ajalnya di tangan seorang resi sakti mandraguna yang merupakan guru dari putra almarhum mantan Ndoro Adipati, Kanjeng Gusti Mangku Projo yang dulu telah dibunuh dalam sebuah kudeta berdarah oleh Kanjeng Gusti Among Murko, yaitu Raden Sastro yang ingin membalas dendam sekaligus merebut kembali kekuasaan, melalui gurunya itu. Namun ternyata resi sakti itu, yaitu Resi Langit, setelah Kanjeng Gusti Among Murko bunuh diri sebab tak punya andalan lagi, ternyata kemudian berbalik berpihak pada putra Kanjeng Gusti Among Murko, yaitu Raden Karto yang tiba-tiba muncul setelah sekian lama dinyatakan hilang dan segera mengam

DEMI CINTA

Kita tak bisa meneruskan lagi. Ini tak bisa dipertahan Bon. Sudah sekian lama terus kita usahakan, namun akhirnya aku harus percaya yang sekian lama tak kupercaya; aku tak akan bisa benar-benar memahamimu, seperti halnya kau pun tak akan bisa benar-benar memahamiku. Pahit memang … Namun tak apa-apa. Bagaimanapun kita telah mencoba, untuk berani saling mencinta, berani mengujinya secara nyata dengan menjalani ini semua, bersama. Jika ternyata, sesuatu yang kita bangun sekian lama ini tak berhasil, pasti ada sesuatu lain yang berhasil. Mungkin apa yang kucapai dan apa yang kau capai tak sama, namun aku yakin, kita sama-sama akan menjadi lebih baik. Seperti katamu; kita adalah dua bunga yang terus dan makin mekar. Kita tetaplah dua bunga dan dua penyiram bunga sekaligus. Akan tetap demikian, meski kita tak bisa lagi terus saling menyiram. Setidaknya, terima kasih untuk sekian waktu kau menyiramiku hingga aku tumbuh-mekar seperti sekarang ini. Sebaliknya kuharap apa yang kulakukan padamu s

ANTARA AKU, ROSA DAN SESUATU YANG MEMUAKKAN

Image
Sayap Sayap Cinta Full Of Shit, mix material di kertas, DidotKlasta, 2015. Hubungan khusus yang intim, saling menyayangi, saling peduli dan berbagi secara palsu dan memuakkan atau lazim disebut sebagai percintaan, pun lalu terjalin, yaitu setelah kami dengan munafik dan membohongi diri sendiri bisa mempertemukan atau mengkompromikan barang suatu kepentingan egois masing-masing pada barang suatu 'titik tertentu'. Dia kesepian, tak punya teman, tak pernah disapa, dan mimpi terburuknya adalah bangun tengah malam tak karena mimpi apapun lalu mendapati dirinya sendirian, makin tua dan tidak tegar; demikian mimpi buruknya. Demikian halnya aku, sama saja. Tentu ada hal-hal lain yang saling menarik antara kami, misalnya bibirnya mirip bibir ratu dangdut lokal kota ini yang mirip diva dangdut nasional di televisi dan cara bernapasnya mengingatkanku pada dada bintang film bom seks internasional. Atau pas pertama aku jalan-jalan Malam Minggu dengannya, uangku lagi lumayan fleksibel u

PERJALANAN CINTA

Perjalanan cinta kehilangan jalan Pacar lama putus ke pacar baru putus Terhenti, di manakah ini ? Tempat ini bagai mati Angin netral dalam damai Iklim gersang tapi Bebatuan adalah kehidupan Hidup serupa batu-batu Membongkah rupanya dibentuk seribu tahun hujan Dan seribu tahun kemudian adalah kering Rupanya panas bergurat kata dusta terik Membakar hati situasi Peradaban arang, bara, asap Merongsok dalam reruntuhan gedung dagang Komoditi lahir lahir Barang-barang kemanusiaan terbeli on line Dikirim ke rumah-rumah masyarakat perumahan Kerja dan tidur dalam troli Cinta menajam menikam Lalu dimamah-dimakan Dan sebutir kepala Dari seorang kelapa Dijatuhkan terus dicungkil Terus diparut terus disrundeng Gosong Pahit dimakan awal 2000an jaman edan

SAJAK BELAKA BUAT D.A (puisi)

Image
Berputih abu-abu Kau ... Tanpa tahu Tohok rinduku Sayangkah ... Sribu kilo kita yang terbentang ? Jika dekatpun Kuduga pasti sudah kalah Berputih abu-abu Lesi-indah seragam bibirmu Biar aku tanpa permisi Kasih cium dari sini Didot Klasta Salatiga 80an

SOLO KAPIKUT 3 - geguritan koplo

Image
Putri Solo adalah salah satu lagu keroncong yang melayangkan aku ke kota ini. Apalagi kalau dinyanyikan Mbak Sundari Sukoco dalam gaya kroncong asli.  Ngelakku dak lerenake ana warung kuwi; mBaluwarti. Es setrup soto marhen. 'Rambute Mase apik lho...', ujare Mbake. 'Rayuan kere !' bathinku. Sruput ... Nglangut ... Aku mikir gadisku. Sinambi nyawang Kidul kana. Nggadiiing ... Nggading ... Pitakonku tiba karo godhong garing : "Aneng endi kowe, Nok ?" Didot Klasta Solo, awal 90an jaman kesepian

SOLO KAPIKUT 2 - geguritan koplo

Srengenge cahyane ntrawang jroning bathin. Wektu iki dadi omah suwung. Amung kuthuk siji lan babone; ing latar ngarep. ... Bener. Omah pancen suwung. Rikala aku teka. Rikala Solo kapikut awan. Rikala mbayangke rupane Bapakmu. Memper Oetomo Ramelan. Ning Bapakmu melawan : PKI. Ning Ramelan : PKI. Pilih endi jal ? solo awal 90an jaman kesepian

SOLO KAPIKUT 1 - geguritan koplo

Image
Jika teringat Solo juga harus mengenang Gesang. Sebab beliau pencipta lagu Bengawan Solo. Kutha iki katon mampring. Apa atiku ? Bis tingkat ra perduli, tancep. Nggajul angen-angen. Lungsuh-lungset lumaku. Sikil-sikil sadawaning ratan. Nanging panas awan; tinampa tanpa panglipuran. Didot Klasta Solo awal 90an jaman kesepian

SOLO SIREP part 3 - geguritan koplo

Apa jan-jane ... Aku - Kowe ... Prahu siji ... Lelayaran ; dhewe-dhewe ? Apa jan-jane ... Aku - Kowe ... Prahu loro ... Lelayaran ; golek-golekan ? Apa jan-jane ... Aku - Kowe ... Pesen karcis ; Tampomas ? Apa jan-jane ... Aku - Kowe ... Wis kerem suwe ? solo awal 90an

SOLO SIREP part 2 - geguritan koplo

Iki jan wengi. Saking dene le nggrantes. Wengine dak wening-weningke. Weninge ethok-ethok njedhul putri. Putrine ujug-ujug nggandheng tanganku. 'Halo Darling ...' Aku misuh. Ojo-ojo konangan, ndhepipis lagi ngrogohi separo atiku dhewe; karo mbayang-mbayangke. solo awal 90an

SOLO SIREP part 1 - geguritan koplo

Lampu wus padha murup. Paling gumebyar lestoran Diamon. Aku ...? Ana kene wae pojok kutha. Grombolan wong kewengen. Mbayangke sedan. Bocah enom nggaya trek-trekan setan jalanan. Duwit ngepres ngampet rokok. 'He ! Ojo mencuri pandang ! Aku dudu Ali Topan ! Maneh cowokmu iku sangar tenan ...' Gusti Gusti ... Aku mung kaya wong ilang. Diece pepadhangan. Gak penampilan. Lan separo atiku. Mabul-mabul ; dhewe. solo awal 90an

RETROSPEKSI - romantika dan hal lain (puisi)

Image
Mencari Sesuatu Sekaligus Menemukan Sesuatu, Didot Klasta Pohon pepaya itu aneh. Jarang buahnya. Pohon cabe lebat. Dekat jendela dan pedas. Ada layangan putus ! Jatuhnya di dahan-dahan mangga. Anak-anak miskin berebut naik. Tapi bukan lomba panjat pinang. Tapi hujan lalu tiba-tiba. Deras dan atap seng berisik. Air menyembur-nyembur. Dari mulut talang hijau kusam. Lewat parit menyusur dadap-dadap. Pelataran semen jadi genangan. Bungkus permen adalah kapal perang. Daun kering adalah kapal induk. Sampai sore pertempuran laut tak selesai-selesai. Hujan petir. Dewa bertempur tak selesai-selesai. Tukang bakso jongkok merokok. Pipa kuning di tritisan samping. Semua orang mati. Dalam tidurnya aku hidup sendiri. Dalam makrokosmos seluas mangkok miwon. Di teras baksoku berkepul.

REFRESING

Memandang gerumbul-gerumbul ketela pohon Ada yang memanggil Tak meminta datang Tandan pisang kepok berbekas burung Pokok melinjo setinggi pinggang Pelepah kelapa melorot Kucing berburu Rumput bau hujan Tanah gembur Seekor cacing Kadal menyelusup Langkah kaki pergi Mega mendung LOSPEKER Pengumuman Ada yang mati Ini kali Peringatan Aku bakal mati Kapan nanti Jangan kini Memandang gerumbul-gerumbul ketela pohon Kuberbalik perlahan menutup lengkong Cemas ketahuan Dan dipanggil petugas jibril salatiga awal 2000an

ORANG BERUNTUNG

Orang beruntung Jika dapat berjalan dengan seseorang Bersisihan hingga ajal Menyusuri jalan rompal panjang Cinta Kebebasan Dan kesederhanaan Bahkan tak pernah bertengkar Setidaknya jika satu menengkar Yang lain sabar Itu kekasih Tentu ada waktu-waktu bersetubuh Dan orang beruntung benihnya subur Maka anak mereka banyak Manis-manis bukan sebab rawatan iklan Melainkan asuhan kebahagiaan Dan kebahagiaan adalah nama si buyung ..... Itu sungguh orang beruntung salatiga jaman bujang kritis

MATA INDAH MATA SAPI (puisi)

Image
Masa kecilku di Kampung Baru Kalitaman Salatiga. Sebelah kiri bekas rumahku, sebelah kanan Pak Dhe - Bu Dhe Sastro, depannya Mak Klumpuk, depan rumahku Pak Ngasri - Bu Warti. Di gang itulah bersemayamnya hakekat kenangan puisi ini. Gang yang se- perti abadi. Ini poto 2015. Tak ber- ubah sejak 40 tahun lalu. Terkenang dulu kamu Ndulang ponakanmu sore itu Rok kembang abang ayu Bandhomu oh, biru Hak ... Hak ... Aemmm Seraya jakun mak cleguk Kalo aku, nasi thok-thok pun mau Kalo yang ndulang kamu Terkenang yang dulu itu Nostalgia cinta belum seruwet masa kini Tak perlu ngerti 'murni' Namun terasa sampai ulu hati Nyeri yang manis-manis geli Ataukah naif ? Ataukah dungu ? Atau kasih yang membersit kala Di benak terpatri hanya Mau dolanan sayang saja Begitu itu Kawan Terkenang dulu kita Masih monyet-monyet belaka Alam pikiran serupa kacang, pisang Dari dahan ke dahan bergelantungan Tak perlu konseptualisasi Tak perlu sakralisasi

KOTIMAH

Kotimah (semoga aku tak keliru ingat nama) adalah nama salah satu remaja perempuan di Kampung Ampera atau juga disebut Barak (Sosial). Di situ bersama sejumlah teman aku pernah memfasilitasi kegiatan belajar luar sekolah di dalam wadah Arena Belajar Bebas RUMAH BAMBU. Sekilas kegiatan Rumah Bambu di Kampung Ampera bisa disimak di sini  https://www.youtube.com/watch?v=ZlA-NiGH5hA Hitam manis kenceng lencir. Matanya nakal-nakal nyalang. SD keluar, sekarang paling 15. Kalau tidak memulung, ngamen. Kalau tidak melacur, mencuri. Ngerti duit, mikir duit. Belum matang, dipaksa gaya dewasa. Tetep aja kanak belaka. Walau kalau sudah main suka lupa, Kotima rajin juga. Sering menimba. Dan larinya kencang. Ngarang cita-cita klise ; jadi dokter.