MATA INDAH MATA SAPI (puisi)

Masa kecilku di Kampung Baru
Kalitaman Salatiga. Sebelah kiri
bekas rumahku, sebelah kanan Pak
Dhe - Bu Dhe Sastro, depannya
Mak Klumpuk, depan rumahku
Pak Ngasri - Bu Warti. Di gang
itulah bersemayamnya hakekat
kenangan puisi ini. Gang yang se-
perti abadi. Ini poto 2015. Tak ber-
ubah sejak 40 tahun lalu.
Terkenang dulu kamu
Ndulang ponakanmu sore itu
Rok kembang abang ayu
Bandhomu oh, biru
Hak ... Hak ... Aemmm
Seraya jakun mak cleguk
Kalo aku, nasi thok-thok pun mau
Kalo yang ndulang kamu

Terkenang yang dulu itu
Nostalgia cinta belum seruwet masa kini
Tak perlu ngerti 'murni'
Namun terasa sampai ulu hati
Nyeri yang manis-manis geli
Ataukah naif ? Ataukah dungu ?
Atau kasih yang membersit kala
Di benak terpatri hanya
Mau dolanan sayang saja

Begitu itu Kawan
Terkenang dulu kita
Masih monyet-monyet belaka
Alam pikiran serupa kacang, pisang
Dari dahan ke dahan bergelantungan
Tak perlu konseptualisasi
Tak perlu sakralisasi

Tak perlu mekanisasi-industrialisasi
Betapa
Masih seperti baru kemaren
Pacar kita adalah buah dada Bunda
Yang putingnya bak permata, Babah Kohinoor tak punya

Terkenang dulu kamu
Ndulang ponakanmu, aku juga mau
Dulanglah aku sampai nanti
Sebab ada yang harus berlalu musnah
Misalnya penindasan
Dan ada yang meski berlalu namun tak musnah
Misalnya kasih sayang
Hak ... Hak ... Aemmm
Ayo makan Dik
Dengan makan hidup kita pertahankan

DidotKlasta
Salatiga, jaman muda

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN