Posts

Showing posts with the label Puisi 2000 - 2005

KOTA OXFORD [terjemahan lirik lagu Bob Dylan]

Image
Dari album Freewheelin' (1963) Oxford ... Kota Oxford Setiap orang menundukkan kepala Matahari tak menyinari tanahnya Tidak di Oxford kota Ia pergi ke sana Senjata dan gerombolan mengikutinya Semuanya sebab wajahnya coklat Minggat kau, minggat ! Kota Oxford di tikungan Ia mau masuk, di pintu tertulis larangan Semua sebab warna kulitnya Apa yang kau pikir tentang itu Saudara ?

LAGU UNTUK WOODY (Bob Dylan)

Image
Salah satu lagu dalam album pertama Bob Dylan ini (Bob Dylan, 1962) adalah tribut untuk musisi folk balada Amerika Serikat Woody Guthrie yang karya-karyanya penuh dengan komentar sosial politik dan mengangkat kaum bawah - rakyat biasa - kelas pekerja. Meskipun liriknya berbeda, lagu ini memakai tune dari salah satu lagu Woody Guthrie, 1913 Massacre. Woody Guthrie, musisi folk AS yang sangat sosial-politikal kerakyatan Jauh jauh dari sini Ku jauh ribuan mil dari rumah ini Menapaki jalan panjang Tempat manusia telah bertumbangan Kulihat duniamu, tentang orang-orang dan segala sesuatu Ada kaum petani, kalangan jelata Ada Pangeran-pangeran dan Raja-raja Hoi Woody Guthrie Kubikin tembang buatmu Tentang dunia lama yang lucu Dan kini masih saja ada Nampak sakit, lapar, lelah dan berduka Nampak sekarat, beban berat dipundaknya Hoi Woody Guthrie

MAJIKAN-MAJIKAN PERANG (Bob Dylan)

Image
Dari lagu Bob Dylan, Masters Of War dalam album Freewheelin' (1963) Aksi anti perang oleh veteran (perang) Vietnam. "Kami tak sudi (lagi) bertempur untuk perangnya Kaum Kaya." AS, 1970an. Hallo majikan-majikan perang Kau yang mencipta persenjataan Kau yang merancang pesawat kematian Kau yang membikin semua bom Kau yang sembunyi di balik dinding-dinding Kau yang mengelak di balik meja-meja Ku hanya ingin kau tahu  Aku dapat melihatmu menembus topeng itu Kau yang tak pernah membangun apapun Tapi menghancurkan apapun Bermain-main dengan dunia dan hidupku Seperti bermain dengan mainan-mainan kecilmu Kau letakkan senjata di tanganku diam-diam Dan berlari sejauh-jauhnya saat peluru melesat Seperti Yudas syahdan,

TENTANG KOTA BESAR (dari Bob Dylan)

Image
Menghambur ke daerah Barat yang liar Tinggalkan kota tercinta tak berhingar-bingar Kukira telah lihat segala sukses - sengsara Sampai akhirnya tiba di ini kota Banyak orang terpuruk mengaisi tanah Banyak gedung menjangkau langit megah Di New York saat musim dingin Angin bertiupkan salju sekeliling Berjalan tanpa tujuan Orang bisa beku hingga tulang Dan aku menggigil hingga tulang Koran kota menulis berita Ini terdingin sejak tujuh belas tahun sebelumnya Dan aku tak pernah lebih dingin sesudahnya Kuraih gitarku tua Meloncat ke kereta bawah tanah kota Menggelinding, terayun, terseok sepanjang jalan Tibalah di pusatnya keramaian : Greenwich Village, selamat datang

PERJALANAN CINTA

Perjalanan cinta kehilangan jalan Pacar lama putus ke pacar baru putus Terhenti, di manakah ini ? Tempat ini bagai mati Angin netral dalam damai Iklim gersang tapi Bebatuan adalah kehidupan Hidup serupa batu-batu Membongkah rupanya dibentuk seribu tahun hujan Dan seribu tahun kemudian adalah kering Rupanya panas bergurat kata dusta terik Membakar hati situasi Peradaban arang, bara, asap Merongsok dalam reruntuhan gedung dagang Komoditi lahir lahir Barang-barang kemanusiaan terbeli on line Dikirim ke rumah-rumah masyarakat perumahan Kerja dan tidur dalam troli Cinta menajam menikam Lalu dimamah-dimakan Dan sebutir kepala Dari seorang kelapa Dijatuhkan terus dicungkil Terus diparut terus disrundeng Gosong Pahit dimakan awal 2000an jaman edan

RETROSPEKSI - romantika dan hal lain (puisi)

Image
Mencari Sesuatu Sekaligus Menemukan Sesuatu, Didot Klasta Pohon pepaya itu aneh. Jarang buahnya. Pohon cabe lebat. Dekat jendela dan pedas. Ada layangan putus ! Jatuhnya di dahan-dahan mangga. Anak-anak miskin berebut naik. Tapi bukan lomba panjat pinang. Tapi hujan lalu tiba-tiba. Deras dan atap seng berisik. Air menyembur-nyembur. Dari mulut talang hijau kusam. Lewat parit menyusur dadap-dadap. Pelataran semen jadi genangan. Bungkus permen adalah kapal perang. Daun kering adalah kapal induk. Sampai sore pertempuran laut tak selesai-selesai. Hujan petir. Dewa bertempur tak selesai-selesai. Tukang bakso jongkok merokok. Pipa kuning di tritisan samping. Semua orang mati. Dalam tidurnya aku hidup sendiri. Dalam makrokosmos seluas mangkok miwon. Di teras baksoku berkepul.

REFRESING

Memandang gerumbul-gerumbul ketela pohon Ada yang memanggil Tak meminta datang Tandan pisang kepok berbekas burung Pokok melinjo setinggi pinggang Pelepah kelapa melorot Kucing berburu Rumput bau hujan Tanah gembur Seekor cacing Kadal menyelusup Langkah kaki pergi Mega mendung LOSPEKER Pengumuman Ada yang mati Ini kali Peringatan Aku bakal mati Kapan nanti Jangan kini Memandang gerumbul-gerumbul ketela pohon Kuberbalik perlahan menutup lengkong Cemas ketahuan Dan dipanggil petugas jibril salatiga awal 2000an

ORANG BERUNTUNG

Orang beruntung Jika dapat berjalan dengan seseorang Bersisihan hingga ajal Menyusuri jalan rompal panjang Cinta Kebebasan Dan kesederhanaan Bahkan tak pernah bertengkar Setidaknya jika satu menengkar Yang lain sabar Itu kekasih Tentu ada waktu-waktu bersetubuh Dan orang beruntung benihnya subur Maka anak mereka banyak Manis-manis bukan sebab rawatan iklan Melainkan asuhan kebahagiaan Dan kebahagiaan adalah nama si buyung ..... Itu sungguh orang beruntung salatiga jaman bujang kritis

KOTIMAH

Kotimah (semoga aku tak keliru ingat nama) adalah nama salah satu remaja perempuan di Kampung Ampera atau juga disebut Barak (Sosial). Di situ bersama sejumlah teman aku pernah memfasilitasi kegiatan belajar luar sekolah di dalam wadah Arena Belajar Bebas RUMAH BAMBU. Sekilas kegiatan Rumah Bambu di Kampung Ampera bisa disimak di sini  https://www.youtube.com/watch?v=ZlA-NiGH5hA Hitam manis kenceng lencir. Matanya nakal-nakal nyalang. SD keluar, sekarang paling 15. Kalau tidak memulung, ngamen. Kalau tidak melacur, mencuri. Ngerti duit, mikir duit. Belum matang, dipaksa gaya dewasa. Tetep aja kanak belaka. Walau kalau sudah main suka lupa, Kotima rajin juga. Sering menimba. Dan larinya kencang. Ngarang cita-cita klise ; jadi dokter.

SURAT BECAK BUAT SIMAK DI KEDUNGTUBAN

Salam tegar nan rindu pada sahabat mudaku H, entah brapa jauh kau mengayuh. Ya, H waktu itu adalah seorang tukang becak remaja. Dia mangkal di pinggir jalan Gejayan sekitar Selokan Mataram Jogjakarta. Aku membuka kios rokok kecil di belakang pasar kecil tepi Selokan Mataram dan H suka mampir membaca tabloit pulitik di kiosku. Mak ... Ulang tahun aku sekarang. Sudah tujuh belas. Kalau saja ada di rumah, senang … Memang juga tak pesta-pesta. Tapi bisa kuminta padamu; bubur merah-putih, jenang-wajik, klubanan, tempe garit, peyek teri. Alakadarnya, paling uang berapa. Ini Mak, semua kukasih padamu. Sisanya buat jaga-jaga. Paceklik bisa-bisa nanti langsung tiba. Dan kita slametan berdua saja. Tapi … Memang ternyata aku tak di Blora. Di sini kota ramai sungguh. Toko sesak, restoran penuh. Lampu malam benderang. Jalanan berarak-arak; seperti orang gembira main ular-ularan. Mereka apa pada ulang tahun semua? Pacaran – soping – makan-makan. Malam minggu orang berpunya selalu full acara. Uang b

MERDIKOMU KUWI ...

Image
Kita Harus Melawan Amerika Serikat Penjajah Dan Gerombolannya, Didot Klasta 90an Iki wulan Agustus Merdeka mBah ! Merdeka Pak ! Merdeka Yu ! Merdeka Oom ! Merdeka nDhuk ! Merdeka Bung ! Sesasi nganti lambe juweh Upacara, gapuro, umbul-umbul, kerjabakti, panggung pitulasan, lomba-lomba, karnaval pembangunan Sesasi nganti kaya kurang gawean Merdeka Coi ! Podho-podho Crot ! Piye kabare Coi ? Podho wae Crot Entek-entekan wulan Agustus Mongso ketiga srengenge kencar-kencar Hawa padhet ribet nglangut sumpeg Angin bingung ngetan-ngulon tanpa tujuan Ana luwak nyander kuthuk Bocah cilik dolanan gangsingan sepi Sega panas klubanan tempe koro Opo sing kurang ? Kok dirasak-rasakake cemplang Mul Becak ngalamun ngisor wit waru

MENELAN LUDAH

Salah satu siksaan paling menyiksa; adalah tentang telor rendaman air garam Aku ... Terapung tidak Tenggelam tidak Di tengah-tengah, bukan sebab punya pegangan Melainkan tak tahu pilihan Dan makin menyiksa ketika tahu ; sementara aku habiskan waktu mencari-cari tahu, orang-orang memborongi pilihan-pilihan dengan duit kekuasaan Sampai saat kumenyadarinya, habislah semua Terbeli tak bersisa lagi Syukurlah ...

MELAMPAUI KENYATAAN (puisi)

Image
Shopping Dance. Didot Klasta. 2015 Saya berjalan secara melayang Sepanjang jalan bukan rural bukan urban Kanan kiri padang dan padang Rumput, bebungaan melepas ke hutan Di sana-sini terselip MP3 Senapan terpatahkan Gitar, harmonika, tamborin, tifa Orang-orang tanpa KTP menari riang sebab tak berKTP Rumah kecil di atas bukit Asap tipis dari dapur nasi tanak Burung berkilap bersih bulunya Balon-balon aneka warna Orang-orang berpakaian kain perca dari bendera-bendera Sesungguhnyalah saya ... Sedang mencipta luar batas Sejenak jadi makhluk Mars Mengirim salam dengan antusiasme Budha Apa kabar Sodara ? Apa kabar dunia ? Bagaimana cuaca ? Bagaimana di sana ? Saya sendiri sedang berusaha baik-baik saja Dengan kenyataan yang lainnya Didot Klasta Salatiga, pertengahan 2000an

ILMU MANDI

Mandi setelah 5 hari tak mandi Terasa bersih sekali Makin menyembunyikan kerak daki di hati Makin menyepuh kekotoran diri Lux sabunnya para bintang Tubuhku wangi dewi kayangan Sambil menggosok kemaluan Ingin mengaku salah pada tuhan Tapi tuhan belum pulang Sekarang jam perusahaan sampai petang Jika kantoran negri tergantung kedudukan Rendahan langsung ngobyek tambahan Pejabat ... Rapat atau maksiat-maksiatan Ketika pulang Selalu pas aku pergi Maka kuteruskan mandi Untuk ... Untuk diulangi dan diulangi Mandi setelah 5 hari tak mandi Ketahuan Beberapa aspekku berkarat membesi Byuuur ...

KOTA SIASIA (puisi)

Image
In The Mirror, didotklasta Jalan-jalan sore menikmati. Atmosfer lembayung metalik. Pertunjukan sulap ilusi mental. Penonton terbius paket ke paket Lysergie Acid Diethylamide. Jalan zombie sore menikmati. Bungkus timah realitas terkemas. Etalase-etalase rejim virtual. Hurup kapital. Angka kapital. Merek kapital. Seragam kapital. Senyum kapital. Libido manequin kapitalisme, senyumannya : Frigid. Tak ada hawa ! Bagi serumpun saja lonjor bambu. Mengkeresik ujung daunnya. Ciuman dengan muka air Kali perawan ; Alice In Borderland. Alice membuang bayi. Banyak yang punah di sebrang : Border. Kau hilang. Tapi tak merasa hilang. Sebab tak ada yang mencari-cari.

KOMPLOTAN PASAR MODEREN

Sambel tumpang krecek. Rempeyek tholo. Anggur kolesom. Teh tawar. Pagi dingin berkutat dengan tandon - tandon peluh pasar yang tak pernah dingin. Panas metabolisme kerja jelata menganak sungai los - los papan. Ikan asin laut Juwana berenang di air muka migran sirkuler pinggir -pinggir kabupaten peudal - agraris. Pukul tiga pagi mereka adalah laron, lalat dan tikus pembangunan kota. Siloncat sigap dari L 300. Menyetor tenaga bagi si malas babi makmur kota. Menyetor desa bagi golongan pemangsa kota. Dengan harga percuma. Sambel goreng ati. Krupuk udang. Hemaviton. Sari jeruk. Kijang dinas Direktur Pasar membawa tuannya ber TURBA ria. Seperti Sultan Harun Al Rasyid, sri paduka yang menyamar jadi pengecer kurma.

KELUARGA TINGGAL RENCANA

Para tetangga datang menjenguk. Kasih selamat, syukur, doa, harapan. Amplop-amplop sekian ribu dari tangan ke tangan. Alokasi pos tak terduga. Terbiasa. Anak itu segalanya. Hidup itu dingin. Orang hidup gentar pada hidup. Mempermainkannya dari belakang. Disaat hidup main gila depan hidungnya. Anak adalah segalanya. Tumbuhlah besar penuh kelihaian. Bunda memerah susunya sendiri. Bapa petualangan, menubruk receh menggelinding bersama sejuta petualang. Tiga hari lalu, ada penghuni baru di rumah itu. Perempuan merah, beratnya kurang, matanya tak bergairah. Sodara-sodara mengerumuni dengan kegembiraan yang memuncak atau datar terlanjur sama. Sejumlah delapan mereka, lantas ... Buat apa lahir ?

BALADA JAKARTA (puisi)

Image
Peta Batavia Belanda (Dutch Batavia), 1681. di atas Corona tua plang-plang memusingkan metropolitan ... baru datang langsung pingin pulang aku terancam dari kampung tak bawa ancaman atau aku ancaman ? Jakarta - Tanah Abang - Tanjung Priok. Tak ada pagi semua langsung siang. Tak ada sore semua langsung malam. Tak ada yang mati semua cari makan. Pengiritan demi pemborosan. Pemborosan demi pemerataan. AC - peluh - komputer - dengkul. Henpon anak mall, megapon tibum Bacot pasaran, cekikikan watak musang Omong doang ! Omong doang ! Preman fasis tak banyak omong. Todang-todong a la jenggo. Menggeram saja di tanggal tua. Itu jika ada pangkat di pundaknya. Jakarta - Tanah Abang - Tangjung Priok. Nasi uduk, susu madu. Perut urban macam karung. Urban atas karung karet. Tertidur di kereta belanja. Tante shopping menjerit :

(enggak) PERLU JUDUL

Pukul tiga sore. Angin kencang di kota S. Hujan deras yang dramatis meminggirkan kere-kere di emperan kikir orang kaya yang dipilok : A W A S A N J I N G G A L A K !!! Seperti seting roman sosial nasional. Hawa ribut bertiup dari dengus rusuh moncong kongkalikong demokrasi oportunis. Air kencang menggelontori got-got dan duit seperak dua yang ditelan lumpur. Pekerja dihujani butiran tajam kondensasi pengangguran. Terus mencari barang sekeping. Tapi sekeping saja tak pernah ada di bawah meja bertaplak batik Iwan Tirta. Dan di atas meja orang-orang batik bermain dadu gelinding. Menggelindingi struktur cucuran keringat kongsi Indonesia. Hasil keringat jatuhnya di kantung petinggi batik dan juragan butik. Tubuh berkeringat jatuhnya terhumbalang di pelimbahan. Dengan seragam tetron murahan orang-orang tetron terhanyut menjauhi meja dadu. Sebagian mencair. Sebagian mengeras. Sebagian menyublim. Sebagian gaib sikon. Bagian terbesar telah begitu geram dan jemu. Menanti bahka

SETENGAH KWADRAT

(biasa saja; tak percaya di atas biasa; tak mampu di bawah biasa; tak kuat) Setengah gila (?) Dibilang gila, tidak, aku waras. Dibilang waras, tidak, aku gila. Berdandan kondangan kaca benggala masyarakat. Dituding setengah-setengah lantas dipaksa berkilah. Dan kilah-kilah tak ada yang diterima selain kilah mereka sendiri saja. Kalau begitu sekalian saja, hidup cuma sekali. Waras, sekalian waras. Gila, sekalian gila. Tapi mimpi benar, bisa memilih-milih. Mau waras, bisa, mau gila, bisa. Memang bukan warga negara ? Kok bisa-bisanya merdeka. Lantas bagaimana berkilah ? Ilusi masyarakat normal : wah berat. Patuh, penurut, sukses : normal. Berat. Itu bisa gila ... Bisa gila. Dan karena tak sukses, meski mungkin sudah patuh dan penurut : tidak normal. Setengah warga setengah usiran. Tetap tinggal, ditinggal pergi. Jika pergi dicurigai. Tragedi. Mau berbentuk, tak jadi-jadi. Waktu habis untuk berkilah dan menelan kilah balasan. Deformasi. Pameran pat